Studium General Tahun 2020
PROFESI BKPI DI ERA MODERN
Oleh:
Dr. AGUS RETNANTO, M.Pd
Kemajuan ilmu dan teknologi pada era sekarang menuntut setiap profesi untuk semakin memperkokoh konsep-konsep dasar keilmuan yang menjadi pijakan praksis profesionalnya. Pengokohan keilmuan ini dipandang penting karena praktik profesi yang didasarkan pada keilmuan yang kokoh cenderung semakin akurat dan bermakna, yakni dapat menfasilitasi perkembangan potensi peserta didik (konseli) secara optimal.Bahkan pada waktu yang relatif singkat praktik profesional seperti ini akan semakin memperkuat kepercayaan masyarakat (public trutst) sehingga profesi dimaksud akan tetap eksis dan semakin berkembang.
PRODI BKPI IAIN Kudus sebagai salah satu lembaga pengembang profesi bimbingan dan konseling menyadari akan pentingnya dasar keilmuan yang kokoh untuk dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling (konselor) Islam. Tugas yang tidak ringan adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling Islam yang harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan perkembangan siswa serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Kepekaan ini sangat penting karena siswa sebagai subjek layanan bimbingan, hidup dan berkembang tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Layanan Bimbingan dan konseling Pendidikan Islam hendaknya dapat memberi bantuan pada siswa agar mampu berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan namun masih memegang teguh aqidah Islam ditengah arus modernisasi dan globalisasi. Siswa diharapkan menjadi individu yang mampu membaca dan mengubah ancaman (threats) menjadi tantangan (challenges) untuk selanjutnya menjadi peluang (opportunities) sehingga mampu bertahan dan mengembangkan dirinya dalam lingkungan yang selalu diwarnai dengan kompetisi, ketidakpastian dan pengaruh-pengaruh negatif yang akan menggoyah keimanannya.
Pencapaian kompetensi-kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan individu menjadi masalah mendasar dalam fokus, pendekatan, dan prosedur bimbingan dan konseling. Konselor dituntut untuk mampu melaksanakan profesinya menfasilitasi perkembangan kecakapan siswa agar mampu menjalani kehidupan sebagai khalifah Allah dalam situasi yang terus-menerus berubah. Dengan demikian, strategi dan pendekatan bimbingan dan konseling hendaknya lebih menitikberatkan pada konsistensi aqidah dengan melaksanakan syariah Islam, pengembangan lingkungan belajar sebagai lingkungan pengembangan siswa. Bimbingan dan konseling Pendidikan Islam sekolah/madrasah sebagai salah satu layanan interpersonal, memiliki posisi strategis untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dialaminya, dan berperan dalam memfasilitasi perkembangan potensi yang mereka miliki. Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling diharapkan mampu membantu individu memahami diri-sendiri sebagai mahkluk Allah, sesama dan lingkungannya, serta dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam merealisasikan peribadatan, fungsi-fungsi kehidupan, menolong sesama dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
TANTANGAN GENERASI MUDA DI ABAD MODERN
Planit (bumi) yang semakin penuh sesak
Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin cepat, karena hal inilah yang dalam satu hal menjadi latar belakang dari masalah-masalah yang berkembang. Terdapat 5,57 milyar manusia dalam tahun 1993, ini diperkirakan akan bertambah menjadi 6,25 milyar pada tahun 2000 dan mencapai 10 milyar pada tahun 2050. Bagian negara-negara berkembang tentang per-tumbuhan penduduk menaik dari 77% di tahun 1950 menjadi 93% di tahun 1990. dan akan menjadi 95% pada akhir abad ini. Sebaliknya, pertumbuhan penduduk telah menurun di Negara-negara industri malah berhenti di beberapa negara dan angka kesuburan berada pada atau di bawah tingkat pergantian. Proporsi penduduk berusia di atas 65 tahun akan bertambah pesat di negara-negara dengan pertumbuhan penduduk yang rendah ini dari 12% di tahun 1990 menjadi 16% di tahun 2010 dan 19% di tahun 2025. Penduduk yang semakin menua ini tentu mempunyai akibat-akibat bukan hanya pada gaya hidup dan standard kehidupan, tetapi juga pada pembiayaan pengeluaran publik. Jumlah absolut (mutlak) kaum muda di bawah usia 15 tahun telah tumbuh amat pesat dari 700 juta di tahun 1950 menjadi 1,7 milyar di tahun 1990. Hal ini menyebabkan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem pendidikan dan permintaannya yang merentang sampai batas dan kadangkadang sangat melampaui kemampuannya untuk menyajikan. Sekarang ini lebih daripada 1 milyar kaum muda hampir seperlima atau 20% dari penduduk mengikuti sekolah dibandingkan dengan hanya 300 juta di tahun 1953.
Dalam perjalanan waktu duapuluh lima tahun yang lalu, gejala globalisasi mulai menampakkan diri mula-mula di bidang ekonomi. Deregulasi dan pembukaan pasar-pasar uang, dipercepat oleh perkembangan dalam teknologi informasi, segera menimbulkan perasaan bahwa pasar-pasar ini tidak lagi merupakan kompartemen-kompartemen kedap air dalam suatu pasar modal dunia yang besar yang dikuasai oleh segelintir pusat-pusat finansial utama. Ini berarti bahwa semua ekonomi tergantung pada gerakan-gerakan massa modal yang terus berkembang secara teratur, bergeser dari satu pusat keuangan ke pusat keuangan yang lain dengan kecepatan tinggi sesuai dengan berbagai rupa tingkat bunga dan peramalan spekulatif. Berpegang pada logikanya sendiri yang menekankan kejangkapendekan pasar-pasar keuangan global tidak lagi mengungkapkan samasekali ekonomi negara tertentu, tetapi kadang-kadang tampak mendiktekan syarat-syarat pada kebijakan-kebijakan ekonomi nasional. Terbukanya perdagangan bebas, lambat tapi pasti, akan mempengaruhi perdagangan dan industri pasar-pasar valuta asing segera meneruskan semua fluktuasi moneter ke pasar-pasar bahan-bahan mentah, dan barang dagangan dan berbicara secara umum, interdependensi ekonomi berarti bahwa krisis-krisis industrial dari hampir semua negara maju menggema ke seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan besar mau tak mau harus memperhitungkan ketidak-pastian dan risiko jenis baru ini di dalam merumuskan strateginya.
Pertumbuhan ekspor dunia antara tahun 1970 dan 1993 adalah rata-rata 1,5% lebih tinggi daripada Produk Domestik Bruto (PDB) dengan perbedaan semakin lebih besar di beberapa negara. terutama antara masa 1980-93: hampir 3% lebih tinggi dalam kasus Republik Korea dan 7% lebih tinggi dalam kasus Thailand. Pertumbuhan dunia jadinya tampak seolah-olah terutama melayani permintaan ekspor, terlebih di negara-negara di mana pertumbuhan termasuk yang terbesar. Bagian ekspor barang dan jasa di dalam PDB menaik dari 14% di tahun 1970 menjadi 21% di tahun 1991 untuk semua jenis ekonomi, dan mengenai China kenaikan adalah dari 3 sampai 24%, dalam hal Indonesia dari 13 sampai 28%, dan di Malaysia dari 42 sampai 80%.
KRONOLOGI PROFESI KONSELOR
Istilah Bimbingan adalah terjemahan dari istilah guidance. Menurut Shertzer dan Stone (1966: 31), akar kata dari istilah guidance adalah "guide" yang berarti to direct, pilot, manage, or steer (menunjukkan, menuntun, mengatur, atau mengemudikan). Pada awal penggunaannya, istilah bimbingan (guidance) mempunyai arti yang tidak jauh beda dari arti harfiah seperti di atas. Pelaksanaan bimbingan terbatas pada upaya menjodohkan karakteristik individu dengan persyaratan pekerjaan, sehingga pendekatannya sangat bersifat direktif. Namun dalam perkembangan bimbingan selanjutnya telah terjadi banyak perubahan, bahkan telah lahir banyak model bimbingan. Secara kronologis, Ruff (1992) menjelaskan perkembangan bimbingan (bimbingan persekolahan) di Amerika Serikat sebagai berikut.
Pada tahun 1908, Frank Parson mendirikan suatu biro pekerjaan di Boston yang bermaksud membantu individu (para penganggur) dalam mencari pekerjaan yang cocok. Gerakan "pemilihan pekerjaan" Parson ini merupakan awal dari aktivitas mengarahkan individu "secara ilmiah" untuk memasuki suatu pekerjaan tertentu dengan cara mencocokkan karakteristik (bakat, minat, keterampilan) individu dengan tuntutan atau persyaratan pekerjaan. Selama tahun 1920-an, pertumbuhan industri terjadi secara besar-besaran di Amerika Serikat. Perubahan kondisi kehidupan masyarakat yang cukup drastis ini menyebabkan trend bimbingan model Parson mengalami penurunan. Orientasi bimbingan di sekolah menjadi lebih terfokus pada isu-isu pribadi dan sosial dalam rangka membantu siswa menyesuaikan diri dengan tipe masyarakat baru. Bimbingan pribadi dan sosial tersebut secara khusus dilakukan oleh guru-guru kelas sebagai bagian dari kurikulum sekolah yang dalam banyak kasus diselenggarakan melalui teknik homeroom. Dengan berawal dari gerakan kesehatan mental, pada tahun 1930-an para ahli bimbingan sekolah. memfokuskan garapan bimbingan pada segi penyesuaian siswa dengan lingkungan sekolah serta pemilihan pendidikan dan pengalaman pra-kerja yang tepat. Sedangkan pada tahun 1940-an, dengan dipengaruhi oleh trend proses klinis, bimbingan sekolah menjadi lebih terlibat dengan aktivitas-aktivitas konseling yang banyak menekankan unsur diagnosis dan intervensi psikoterapetik. Selanjutnya, Ruf (1992) menjelaskan bahwa pada tahun 1950-an, sebagai pengaruh dari peristiwa peluncuran sputnik, konselor-konselor sekolah dilatih (dengan dana besar-besaran dari Pemerintah Amerika Serikat) untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mampu dan potensial serta mendorong mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, khususnya ke program matematika dan ilmu pengetahuan alam. Pada tahun 1960-an sampai dengan tahun 1980-an, bimbingan sekolah menjadi lebih merupakan bagian dari keseluruhan konstelasi pelayanan siswa yang mencakup psikolog sekolah, pekerja sosial, attendance worker, dan perawat. Pada tahun 1990-an bimbingan sekolah yang bersifat mengembangkan (developmental guidance) menyodorkan suatu pendekatan baru yang mempertahankan aspek-aspek positif dari pen-dekatan-pendekatan terdahulu dan menghilangkan banyak aspek negatifnya. Pendekatan bimbingan developmental ini menggabungkan aspek perkembangan karir dari gerakan bimbingan pekerjaan, orientasi kurikulum dari model bimbingan pendidikan, aspek perencanaan individual siswa dari model bimbingan penyesuaian, fungsi pelayanan responsif dari model bimbingan klinis, dan kerja sama dengan dukungan staf lain dari model pelayanan siswa. Yang penting bagi bimbingan developmental ini adalah kenyataan bahwa program bimbingan merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program sekolah dan bukan merupakan suatu pelayanan tambahan.
Model bimbingan developmental ini dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup, belajar, dan bekerja di masa depan. Pada kesempatan lain, Shertzer dan Stone (1966: 50-71) mengemukakan sembilan model bimbingan yang secara kronologis terbagi ke dalam tiga kelompok. Pertama adalah model-model bimbingan periode awal, yakni model bimbingan parsonian dan model bimbingan pendidikan. Dengan berasumsi bahwa jika seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang sesuai, maka ia akan beradaptasi dengan baik, bimbingan model Parson tertuju pada upaya mencocokkan karakteristik individu dengan persyaratan pekerjaan. Bimbingan dianggap sebagai suatu yang dapat "diajarkan" seperti pelajaran pada umumnya. Kedua adalah model-model bimbingan periode berikutnya (antara tahun 1920-an sampai dengan tahun 1950-an), yakni model bimbingan penyaluran dan penyesuaian, model bimbingan pembuatan keputusan, model bimbingan klinis, dan model bimbingan eklektik. Dalam model bimbingan penyaluran dan penyesuaian, siswa dibantu dalam memformulasikan tujuan-tujuan yang dirancang untuk dirinya guna menyalurkan abilitas, minat, dan cita-citanya ke dalam program-program pendidikan sekolah, kegiatan-kegiatan luar kelas, perguruan tinggi, pekerjaan, dan lain-lain. Dalam hal siswa tidak dapat mengintegrasikan pengetahuan tentang diri dan lingkungannya sehubungan dengan tujuan-tujuannya tersebut, maka ia dibantu untuk melakukan penyesuaian. Menurut aliran bimbingan sebagai pembuatan keputusan, situasi bimbingan itu ada jika siswa perlu bantuan dalam membuat pilihan, interpretasi, dan penyesuaian. Dengan demikian, para penganut model bimbingan ini memandang bimbingan sebagai bantuan dalam pembuatan pilihan, penyesuaian, dan pemecahan masalah dalam situasi-situasi kritis dengan suatu cara yang mendukung perkembangan abilitas yang sinambung bagi pengarahan diri siswa. Model bimbingan klinis menerapkan pendekatan praktek klinis dalam pelaksanaan bimbingan, sehingga langkah-langkah bimbingannya lebih bersifat sistematis dan efisien — analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, dan tindak lanjut. Bimbingan developmental sangat peduli terhadap aspek pertumbuhan dan perkembangan individu secara positif dan komprehensif, sehingga orientasi garapannya terarah kepada pencapaian adekuasi dan keefektifan pribadi melalui pengetahuan diri dan penguasaan keterampilan-keterampilan pribadi, pemahaman dan kesadaran tentang hal-hal yang mengitari diri, nilai-nilai sosial, dan kesempatan-kesempatan yang ada, serta pemahaman tentang hubungan antara dua perangkat hal tersebut. Model bimbingan developmental ini mempunyai ciri sinambung (dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi), komprehensif (memadukan berbagai aktivitas sekolah), definitif (memiliki seperangkat aktivitas dan prosedur yang terprogram), dan koordinatif (menggunakan pendekatan tim dengan berpusat pada kebutuhan dan masalah siswa). Model bimbingan sebagai ilmu tentang tindakan bertujuan (guidance as a science of purposeful action).
8 PERILAKU KONSELOR BKPI DI ERA MODERN
1. Proaktif, tidak sekadar aktif dan reaktif
1. Mulailah dengan tujuan akhir dalam pikiran
2. Lakukan pertama yang utama (prioritas)
3. Berpikir menang-menang (saling menghidupi)
4. Pahamilah orang lain terlebih dahulu, baru minta dipahami
5. Bersinergi (kerjasama kreatif) untuk memperoleh nilai tambah
6. Tajamkan gergaji anda (lakukan pembaruan secara terus menerus)
7. Bukalah jalan untuk berpikir, bersemangat, dan bertindak yang lebih baik (memerlukan kebiasaan baru). Lihat Stephen Covey, 2006.